Habib Abdulqadir Blf berpesan kepada Habib Baqir untuk
membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya
orang tersebut siapa,orang atau bukan.
Suatu saat Datanglah Habib Baqir menemui seorang Wali min
Auliya illah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama
Mbah Hamid Pasuruan.
Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang soan kepada baliau, meminta doa atau keperluan yang lain,
Setelah membaca doa tersebut kaget Habib Baqir, ternyata
orang yang terlihat seperti Mbah Hamid sejatinya bukan Mbah Hamid,
Beliau mengatakan, “Ini bukan Mbah Hamid, khodam ini, Mbah Hamid tidak
ada disini” kemudian Habib Baqir mencari dimanakah sebetulnya Mbah
Hamid,
Setelah bertemu dengan Mbah Hamid yang asli, Habib Baqir
bertanya kepada beliau, “Kyai, Kyai jangan begitu, jawab Mbah Hamid:
“ada apa Bib..??” kembali Habib Baqir melanjutkan, “kasihan orang-orang
yang meminta doa, itu doa bukan dari panjenengan, yang mendoakan itu
khodam, Panjenengan di mana waktu itu?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya
diam.
Namun Mbah Hamid pernah menceritakan masalah ini kepada Seorang Habib sepuh (maaf, nama habib ini dirahasiakan),
Habib sepuh tersebut juga pernah bertanya kepada beliau,
“Kyai Hamid, waktu banyak orang-orang meminta doa kepada
njenengan, yang memberikan doa bukan njenengan, njenengan di mana? Kok
tidak ada..?” jawab Mbah Hamid, “hehehee.. kesana sebentar”
Habib sepuh tsb semakin penasaran, “Kesana ke mana Kyai??”
Jawab Mbah Hamid, “Kalau njenengan pengen tahu, datanglah ke sini lagi”
Singkat cerita, habib sepuh tsb kembali menemui Mbah Hamid, ingin tahu di mana “tempat persembunyian” beliau, setelah bertemu, bertanyalah Habib sepuh tadi, “Di mana Kyai..?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib
sepuh tadi, seketika itu, kagetlah Habib sepuh, melihat suasana di
sekitar mereka berubah menjadi bangunan Masjid yang sangat megah, “di
mana ini Kyai..?” Tanya Habib Sepuh, “Monggoh njenengan pirsoni piyambek
niki teng pundi..?” jawab Mbah Hamid.
Subhanallah..!!!
Ternyata Habib Sepuh tadi di bawa oleh Mbah Hamid mendatangi Masjidil Harom. Habib sepuh kembali bertanya kepada Kyai Hamid, “Kenapa njenengan memakai doa??” Mbah Hamid kemudian menceritakan,
“Saya sudah terlanjur terkenal, saya tidak ingin terkenal,
tidak ingin muncul, hanya ingin asyik sendirian dengan Allah, saya sudah
berusaha bersembunyi, bersembunyi di mana saja, tapi orang-orang selalu
ramai datang kepadaku,
Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini, itu yang saya
taruh di sana bukanlah khodam dari jin, melainkan Malakul Ardli,
Malaikat yang ada di bumi, berkat doa ini, Allah Ta’ala menyerupakan
malaikatnya, dengan rupaku”.
Habib sepuh yang menyaksikan secara langsung peristiwa
tersebut, sampai meninggalnya merahasiakan apa yang pernah dialaminya
bersama Mbah Hamid, hanya sedikit yang di ceritakan kepada keluarganya.
Lain waktu, ada tamu dari Kendal soan kepada Mbah Hamid,
singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk si fulan bin fulan
yang kesehariannya berada di Pasar Kendal, menitipkan salam untuk
seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal. Fulan bin fulan kesehariannya berada di sekitar pasar dengan
pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah
mengganggu orang-orang di sekitarnya, Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk orang yang di anggap gila oleh dirinya, Tamu tsb bertanya, “Bukankah orang tersebut adalah orang gila
Kyai..??” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang
njaga Kendal, Rohmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau,
sampaikan salamku” Kemudian setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan
pasar sepi, dihampirinyalah “orang gila” yang ternyata Shohibul Wilayah
Kendal,
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,
Wali tsb memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang
gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan
nada sangar, “Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri, berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, wali tersebut berkata,
“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,
“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”
“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian wali tsb membaca sebuah doa, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLAH… MUHAMMADUR RASULULLAH”
Seketika itu langsung meninggallah sang Wali di hadapan orang
yang di utus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang
meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat
Kendal itu adalah Wali Besar, tak satupun masyarakat yang meyakini bahwa
orang yang meninggal di pasar adl seorang Wali, malah si tamu juga dicap sebagai orang gila karena meyakini si fulan bin fulan sebagai Wali.
Subhanalloh.. begitulah para Wali-Walinya Allah,
saking inginnya ber-asyik-asyikan hanya dengan Allah sampai
berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu
oleh orang-orang ahli dunia, bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, oleh
karena itu janganlah kita su’udzon terhadap orang-orang di sekitar
kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari
kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan
orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa
cinta kita kepada wali-walinya Allah,
Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih,
“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah,
sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh
kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini, Amin…….. !!!!
Sumber: Syaikhina wa Murobbi Arwakhina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Tegal)
ASALAMUALAIKUM WR.WB
BalasHapusMOHON MAAP DAN RIDONYA. ARTIKELNYA SAYA COPY PASTE KE BLOG SAYA..MUDAHAN SAUDARA SLALU DALAM LINDUNGAN ALLAH