Jumat, 22 Februari 2013

Kisah Tauladan

LIRBOYO
MENJAGA NAMA BAIK

Di Arab sebelum kemunculan Islam, ada seorang raja bernama Nu'man bin Mundzir. Dia memiliki kebiasaan aneh. Dia menetapkan di dalam setahun, ada hari baik dan ada hari naas. Hari yg dia tetapkan sebagai hari baik, siapapun orang yg ditemuinya akan dihormati dan diperlakukan dengan baik. Sebaliknya, jika hari itu hari naas, orang yg menemuinya akan dibunuh tanpa alasan.

Pada suatu hari naas, Raja Nu'man melakukan perjalanan jauh untuk berburu. Saat beristirahat, Raja duduk di kemah dikelilingi para menteri dan pengawalnya. Datanglah seorang laki-laki dari pedalaman lewat di depan kemah. Dia masuk ke kemah itu kemudian menyampaikan salam hormat, '''Im shobahan." (Setelah Islam datang, kalimat ini diganti dengan assalamu'alaiku-m.)
Raja Nu'man segera memerintahkan para pengawalnya untuk menangkap laki-laki yg datang itu.

"Kamu akan aku bunuh sekarang." kata Raja.

"Mengapa?" tanya laki-laki itu keheranan.

"Ini hari naas, setiap orang yg menemuiku harus mati."

"Tolong jangan bunuh hamba. Hamba punya anak-anak kecil dan beberapa istri." pinta laki-laki itu.

"Tidak ada urusan dengan itu semua. Kamu harus mati. Titik." tegas Raja.

"Jika memang hamba harus dibunuh, beri hamba tenggat waktu. Biarkan hamba pulang dahulu mengatur segalanya untuk keluargaku. Kemudian hamba akan kembali ke tempat ini." kata lelaki itu dengan memelas.

"Siapa yg menjamin kamu akan kembali ke sini?" tanya Raja.

Laki-laki itu memandang semua yg hadir di kemah itu satu per satu. Tidak ada satupun yang dikenalnya. Dilihatnya ada seorang yg tampan dan gagah. Dia juga memiliki sikap yg baik. Dia adalah Abbas bin Ziyad. Laki-laki yg akan dibunuh itu berkata sambil menunjuk ke arah Abbas, "Orang ini yg akan menjaminku."

Raja memandang kepada Abbas sambil berkata kepadanya, "Apa kamu bersedia menjamin kedatangannya? Jika dia tidak kembali, aku penggal lehermu."

"Hamba bersedia menjamin kedatangan orang ini. Kita tunggu sampai matahari terbenam." jawab Abbas.

Raja memerintahkan untuk melepas laki-laki itu. Dia segera bergegas pergi sambil berkata, "Aku akan kembali sebelum matahari terbenam."

Pada saat matahari berwarna kekuningan dan hampir terbenam, Raja menoleh kepada Abbas, "Orang tadi tidak akan kembali."

"Tunggulah, hingga matahari benar-benar tenggelam." kata Abbas penuh rasa yakin.

Ketika matahari tenggelam dan malam mulai tiba, Raja berkata kepada Abbas, "Bersiaplah untuk mati."

"Janganlah tergesa-gesa, wahai Rajaku." jawab Abbas.

Abbas memandang di kejauhan, dilihatnya ada sesosok benda hitam. Dia berkata, "Barangkali dia lelaki itu."

Sesosok hitam itu semakin mendekat, ternyata dia adalah laki-laki yg akan dibunuh. Dia terengah-engah karena capek berlari. Sambil duduk dia berkata, "Apakah hamba memenuhi janji?"

Raja memandang kepadanya dengan penuh rasa takjub. Orang yg akan dibunuhnya bersedia menepati janji untuk kembali. Padahal jika dia tidak kembali, sudah ada orang yg menggantikannya- untuk dibunuh. Lagi pula, tidak ada yg tahu dimana dia tinggal. Penasaran dengan peristiwa menakjubkan yg dialaminya hari itu. Raja menanyakan kepada laki-laki yg akan dibunuhnya, "Apa alasan yg membuatmu kembali kesini mengantar nyawa?"

"Hamba takut akan dikatakan, menepati janji telah hilang dari orang Arab."

Raja menoleh kepada Abbas, kemudian bertanya juga dengan penuh rasa takjub, "Apa alasan kamu bersedia menjamin orang ini, padahal kamu sama sekali tidak mengenalnya?"

"Hamba takut akan dikatakan, saling percaya telah hilang dari orang Arab." jawab Abbas.

Raja lantas diam berpikir sejenak. Bingung, jadi membunuh atau tidak. Kemudian berkata, "Aku tidak ingin menjadi yg terjelek di antara kalian, nanti akan dikatakan, kasih sayang & murah hati telah hilang dari orang Arab. Aku tidak jadi membunuhmu."

Lelaki dari pedalaman itu akhirnya dibebaskan.
Semenjak peristiwa itu, raja menghapus adanya hari naas.

* * *

Coba bayangkan. Jika semua umat Islam atau warga negara Indonesia memiliki pandangan hidup yg sama dengan laki-laki yg akan dibunuh dalam cerita_

Kamis, 07 Februari 2013

Jabal Qof

Rasulullah SAW bersabda : 

Sesungguhnya di balik Jabal (gunung) Qof terdapat sebidang tanah putih yang tiada tumbuhannya. Luas tanah itu seperti tujuh kali dari luas dunia, disana penuh sesak & dipenuhi oleh para malaikat. Sehingga apabila sebilah jarum dijatuhkan dari atas niscaya terjatuh diatas salah satu dari mereka &tiap-tiap tangan mereka memegang bendera yang panjangnya 40 farsakh. Tiap bendera tulisannya.


LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH

Setiap malam jum’at, mereka berkumpul dan mengelilingi Gunung itu untuk merendahkan diri kepada Allah, dan memohon keselamatan untuk umat Muhammad SAW. Jika fajar subuh sudah tiba, mereka berdo’a : Ya Allah, ampunilah orang yang mandi hari Jum’at dan yang datang menghadiri Jum’at. Mereka berdo’a dengan suara tangis yang sangat keras.
Lalu Allah berfirman : Hai Malaikatku ! Apa yang kalian kehendaki ?
Mereka menjawab : Kami berharap, engkau mau mengampuni dosa umat Muhammad SAW. Aku telah mengampuni mereka, jawab Allah SWT.

Sebagian pendapat para Ahli Wilayyah juga mengatakan bahwa di Jabal Qof itulah tempat dimana para Wilayyah (wali) dinobatkan ke-Waliannya.

Jabal Qaf yang dicipta oleh Allah dari zamrud yang hijau itu adalah bukit yang mengelilingi ke segenap penjuru pada urat bumi agar bumi tidak bergerak bergoncang dan ia dijaga oleh satu malaikat yang besar, kekar dan kuat.
Pada suatu hari Sayidina Iskandar Zul-Qarnain naik ke atas Jabal Qaf dan bertanya: “Hai Jabal Qaf, di bawahmu ada sejumlah bukit-bukit kecil, coba ceritakan kepadaku kekuasaan Allah yang demikian itu”, jawab Jabal Qaf: “Di balik saya ada bumi yang berjarak 500 tahun perjalanan ditambah pula oleh Allah yang memiliki kekuasaan yang sangat besar yakni 500 buah bukit yang dijadikan dari air yang dibekukan, bukan es atau salju. Dengan air yang dibekukan dimaksudkan sebagai daya tahan terhadap lapisan-lapisan bumi agar tidak habis / hancur terbakar oleh kedahsyatan ganasnya api neraka yang ada di bawah lapisan bumi yang terbawah”.

“Dan dipancangkan-Nya di bumi itu gunung menjadi pasaknya agar kamu tidak berguncang” (Luqman: 10).

“Dan bersegeralah untuk mendapatkan ampunan dari Tuhanmu serta mendapatkan surga seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa” (Ali Imran: 133).

Seluas langit dan bumi memberikan arti dua kali lipat. Langit berpasangan dengan bumi, matahari dengan bulan, siang dan malam.

“Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu berpasangan”
(Yasin: 36).

Kita dipastikan mengerti maksud berpasangan itu bagaimana. Tentunya luas, panjang, lebar dan besarnya adalah sama. Kalau tidak sama, orang jawa menyebutnya “Gitang” (pincang).

“Sesungguhnya Allah telah menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu pula” (al-Thalaq: 12).

Sewaktu Sayidina Abdullah bin Salam bertanya kepada Nabi Saw.: “Dengan apa bumi ini bisa tenang?”, jawab Nabi Saw.: “Dengan beberapa gunung“, pertanyaan berikutnya: “Dengan apa gunung-gunung itu dikokohkan?”, jawab Nabi Saw.: “Dengan gunung Qaf yang dibuat dari zamrud hijau dan birunya langit“, setelah itu ditanya lagi: “Berapa jarak tingginya dari bumi ke langit dunia?”, jawab Nabi Saw.: “500 tahun perjalanan“. Pertanyaan selanjutnya tentang jarak antara perjalanan kiri dan kanannya (utara-selatan) dari titik tengah? jawab Nabi Saw.: “200 tahun perjalanan” dan ketika ditanyakan tentang penghuni bumi yang berlapis tujuh itu. Nabi Saw. menyebutkan: “Penghuni lapisan ketujuh adalah para malaikat, penghuni lapisan keenam adalah Iblis beserta bala tentaranya, penghuni lapisan kelima adalah setan, penghuni lapisan keempat adalah ular, penghuni lapisan ketiga adalah kalajengking, penghuni lapisan kedua adalah jin, dan penghuni lapisan pertama adalah manusia“. Allah berfirman:

“Dan di bumi terdapat bagian-bagian yang mendampingi” (al-Ra’d: 4).

Berkaitan dengan ayat ini, Nabi Saw. selanjutnya menerangkan bahwa di belakang gunung Qaf ada +70 bumi dari misik (kasturi), +70 bumi dari emas, +70 bumi dari besi, +70 bumi dari Anbar, +70 bumi dari kapur. Di belakang ini semua terdapat alam malaikat. Tidak ada satu manusia-pun yang mengetahui jumlah para malaikat ini kecuali Allah, dan mereka bertasbih dengan kalimat:

LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH


Dalam masalah bumi ini, Ibnu Abbas Ra. mengatakan: “Bahwasanya tiap-tiap bumi, sebagian dari padanya seperti bumi kita ini dan di dalamnya terdapat alam seperti alam kita”.Nabi Saw. bersabda: “Hai Aisyah! di alam yang tidak nampak ini, terdapat hujan, mendung, matahari dan bulan. Tidak ada yang mengetahui kecuali kekasih Allah yang Arifbillah.

Keseluruhan alam ini dinamakan alam kejadian atau alam makhluk atau segala sesuatu yang Allah ciptakan .Kejadian tersebut terbagi menjadi 3 yaitu :

1: Alam Syahadah
2: Alam Misal
3: Alam Arwah.

PENUTUP

Sebagaimana ahli al-kasyaf menyaksikan alam yang begitu luas dan jauh? Adakah mereka perlu menaiki sejenis kenderaan dan terbang ke seluruh alam maya untuk menyaksikannya? Nabi Muhamamd s.a.w telah menaiki buraq dan mengembara ke seluruh alam di bawah bumbung Langit Dunia (Langit Pertama). Kemudian baginda s.a.w mi’raj menggunakan tangga yang diulurkan dari alam atas seumpama lif yang dibawa turun dari tingkat atas. Tetapi buraq hanya untuk kegunaan nabi-nabi tidak bagi manusia biasa, walaupun seorang yang kasyaf. Namun, Allah s.w.t mempunyai caranya sendiri untuk memperlihatkan alam ciptaan-Nya kepada sesiapa yang Dia kehendaki.
Coba kita pandang kepada sebuah bangunan. kita dapat melihat bangunan tersebut kerana ada cahaya dari sumber cahaya yaitu matahari. Cahaya matahari menerpa ke arah bangunan itu lalu membawa seluruh bangunan tersebut kepada mata kamu. Mata kita juga bercahaya sebagai persediaan untuk menerima pancaran cahaya matahari yang datang. Jika mata kita terpejam atau berselaput tidak mungkin cahaya matahari boleh memasukinya. Pertemuan cahaya matahari dari atas dengan cahaya mata di bawah melahirkan
Apabila kita sudah larut dalam urusan Tuhan maka urusan Tuhanlah yang memperjalankannya ke seluruh alam maya hingga terdampar ke Sidratul Muntaha. Seterusnya memanjat ke Qubah yang menjadi puncak segala alam kejadian. Tidak ada apa-apa lagi kecuali: “ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala.

Wallahu a'lam bisshowaab...

Karomah Para Wali Allah

Terkuaknya ke-wali-an Kyai Hamid Pasuruan dan Kisah salam Kyai Hamid kepada ‘wali gila’ di pasar kendal

Suatu ketika seorang habaib dari Kota Malang, ketika masih muda, yaitu Habib Baqir Mauladdawilah (sekarang beliau masih hidup), di ijazahi sebuah doa oleh Al Ustadzul Imam Al Habr Al Quthb Al Habib Abdulqadir bin Ahmad Bilfaqih (Pendiri Pesantren Darul Hadist Malang).
Habib Abdulqadir Blf berpesan kepada Habib Baqir untuk membaca doa tersebut ketika akan menemui seseorang agar tahu sejatinya orang tersebut siapa,orang atau bukan.
Suatu saat Datanglah Habib Baqir menemui seorang Wali min Auliya illah di daerah Pasuruan, Jawa Timur, yang masyhur dengan nama Mbah Hamid Pasuruan.

Ketika itu di tempat Mbah Hamid banyak sekali orang yang soan kepada baliau, meminta doa atau keperluan yang lain,
Setelah membaca doa tersebut kaget Habib Baqir, ternyata orang yang terlihat seperti Mbah Hamid sejatinya bukan Mbah Hamid, Beliau mengatakan, “Ini bukan Mbah Hamid, khodam ini, Mbah Hamid tidak ada disini” kemudian Habib Baqir mencari dimanakah sebetulnya Mbah Hamid,
Setelah bertemu dengan Mbah Hamid yang asli, Habib Baqir bertanya kepada beliau, “Kyai, Kyai jangan begitu, jawab Mbah Hamid: “ada apa Bib..??” kembali Habib Baqir melanjutkan, “kasihan orang-orang yang meminta doa, itu doa bukan dari panjenengan, yang mendoakan itu khodam, Panjenengan di mana waktu itu?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya diam.
Namun Mbah Hamid pernah menceritakan masalah ini kepada Seorang Habib sepuh (maaf, nama habib ini dirahasiakan),
Habib sepuh tersebut juga pernah bertanya kepada beliau,

“Kyai Hamid, waktu banyak orang-orang meminta doa kepada njenengan, yang memberikan doa bukan njenengan, njenengan di mana? Kok tidak ada..?” jawab Mbah Hamid, “hehehee.. kesana sebentar”
Habib sepuh tsb semakin penasaran, “Kesana ke mana Kyai??”
Jawab Mbah Hamid, “Kalau njenengan pengen tahu, datanglah ke sini lagi”

Singkat cerita, habib sepuh tsb kembali menemui Mbah Hamid, ingin tahu di mana “tempat persembunyian” beliau, setelah bertemu, bertanyalah Habib sepuh tadi, “Di mana Kyai..?” Mbah Hamid tidak menjawab, hanya langsung memegang Habib sepuh tadi, seketika itu, kagetlah Habib sepuh, melihat suasana di sekitar mereka berubah menjadi bangunan Masjid yang sangat megah, “di mana ini Kyai..?” Tanya Habib Sepuh, “Monggoh njenengan pirsoni piyambek niki teng pundi..?” jawab Mbah Hamid.
Subhanallah..!!!
Ternyata Habib Sepuh tadi di bawa oleh Mbah Hamid mendatangi Masjidil Harom. Habib sepuh kembali bertanya kepada Kyai Hamid, “Kenapa njenengan memakai doa??” Mbah Hamid kemudian menceritakan,

“Saya sudah terlanjur terkenal, saya tidak ingin terkenal, tidak ingin muncul, hanya ingin asyik sendirian dengan Allah, saya sudah berusaha bersembunyi, bersembunyi di mana saja, tapi orang-orang selalu ramai datang kepadaku,
Kemudian saya ikhtiar menggunakan doa ini, itu yang saya taruh di sana bukanlah khodam dari jin, melainkan Malakul Ardli, Malaikat yang ada di bumi, berkat doa ini, Allah Ta’ala menyerupakan malaikatnya, dengan rupaku”.
Habib sepuh yang menyaksikan secara langsung peristiwa tersebut, sampai meninggalnya merahasiakan apa yang pernah dialaminya bersama Mbah Hamid, hanya sedikit yang di ceritakan kepada keluarganya.

Lain waktu, ada tamu dari Kendal soan kepada Mbah Hamid, singkat cerita, Mbah Hamid menitipkan salam untuk si fulan bin fulan yang kesehariannya berada di Pasar Kendal, menitipkan salam untuk seorang yang dianggap gila oleh masyarakat Kendal. Fulan bin fulan kesehariannya berada di sekitar pasar dengan pakaian dan tingkah laku persis seperti orang gila, namun tidak pernah mengganggu orang-orang di sekitarnya, Tamu tersebut bingung kenapa Mbah Hamid sampai menitip salam untuk orang yang di anggap gila oleh dirinya, Tamu tsb bertanya, “Bukankah orang tersebut adalah orang gila Kyai..??” kemudian Mbah Hamid menjawab, “Beliau adalah Wali Besar yang njaga Kendal, Rohmat Allah turun, Bencana di tangkis, itu berkat beliau, sampaikan salamku” Kemudian setelah si tamu pulang ke Kendal, menunggu keadaan pasar sepi, dihampirinyalah “orang gila” yang ternyata Shohibul Wilayah Kendal,
“Assalamu’alaikum…” sapa si tamu,
Wali tsb memandang dengan tampang menakutkan layaknya orang gila sungguhan, kemudian keluarlah seuntai kata dari bibirnya dengan nada sangar, “Wa’alaikumussalam.. ada apa..!!!”
Dengan badan agak gemetar, si tamu memberanikan diri, berkatalah ia, “Panjenengan dapat salam dari Kyai Hamid Pasuruan, Assalamu’alaikum……”
Tak beberapa lama, wali tersebut berkata,
“Wa’alaikum salam” dan berteriak dengan nada keras,
“Kurang ajar si Hamid, aku berusaha bersembunyi dari manusia, agar tidak diketahui manusia, kok malah dibocor-bocorkan”
“Ya Allah, aku tidak sanggup, kini telah ada yang tahu siapa aku, aku mau pulang saja, gak sanggup aku hidup di dunia”
Kemudian wali tsb membaca sebuah doa, dan bibirnya mengucap, “LAA ILAAHA ILLALLAH… MUHAMMADUR RASULULLAH”
Seketika itu langsung meninggallah sang Wali di hadapan orang yang di utus Mbah Hamid agar menyampaikan salam, hanya si tamulah yang meyakini bahwa orang yang di cap sebagai orang gila oleh masyarakat Kendal itu adalah Wali Besar, tak satupun masyarakat yang meyakini bahwa orang yang meninggal di pasar adl seorang Wali, malah si tamu juga dicap sebagai orang gila karena meyakini si fulan bin fulan sebagai Wali.
Subhanalloh.. begitulah para Wali-Walinya Allah,
saking inginnya ber-asyik-asyikan hanya dengan Allah sampai berusaha bersembunyi dari keduniawian, tak ingin ibadahnya di ganggu oleh orang-orang ahli dunia, bersembunyinya mereka memakai cara mereka masing-masing, oleh karena itu janganlah kita su’udzon terhadap orang-orang di sekitar kita, jangan-jangan dia adalah seorang Wali yang “bersembunyi”.
Cerita Mbah Hamid yang saya coba tulis hanyalah sedikit dari kisah perjalanan Beliau, semoga kita, keluarga kita, tetangga kita dan orang-orang yang kita kenal senantiasa mendapat keberkahan sebab rasa cinta kita kepada wali-walinya Allah,

Jadi ingat nasihat Maha Guru kami, Al Quthb Habib Abdulqadir bin ahmad Bilfaqih,

“Jadikanlah dirimu mendapat tempat di hati seorang Auliya”
Semoga nama kita tertanam di hati para kekasih Allah, sehingga kita selalu mendapat nadhroh dari guru-guru kita, dibimbing ruh kita sampai terakhir kita menghirup udara dunia ini, Amin…….. !!!!


Sumber: Syaikhina wa Murobbi Arwakhina KH. Achmad Sa’idi bin KH. Sa’id
(Pengasuh Ponpes Attauhidiyyah Tegal)

Rabu, 06 Februari 2013

Mari Bersholawat


KHORUL BARIYAH 

(Makhluk Terbaik)

Madaikhunaa

Khubbu Akhmadi 

(Mencintai Nabi Muhammad)




Faedah : Bacalah Qosidah ini berulang-ulang, Insya Allah sebelum meninggal dunia bisa bertemu Rasulullah Saw. dengan syarat membaca harus ikhlas dan didasari cinta yang mendalam kepada Baginda Rasulullah Saw.


Yaa Robbanaa

diambil dr situs pecinta sholawat Rasulullah Saw

Shoutudh Dhlomiir 

(Suara Hati)

Do'aut Tholabah Tsanii (2)

As'adul Ayyam